Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera): Mimpi Punya Rumah atau Beban Baru?

Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera): Mimpi Punya Rumah atau Beban Baru?
Photo by Norbert Levajsics / Unsplash

Siapa yang gak pengen punya rumah sendiri? Tapi, buat sebagian orang, nabung buat beli rumah itu kayak mendaki gunung Everest - susah banget. Nah, pemerintah ngeluarin jurus baru nih, namanya Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera). Katanya sih, Tapera ini bisa bantuin kita buat punya rumah lebih mudah.

Apa sih Tapera itu?

Singkatnya, Tapera itu tabungan wajib buat orang dewasa yang bekerja di Indonesia. Uangnya nanti bakalan dipake buat membantu pembiayaan perumahan, kayak KPR, renovasi rumah, atau bangun rumah baru.

Siapa aja yang wajib ikut Tapera?

  • Pekerja formal: Karyawan swasta, PNS, TNI/Polri, BUMN/BUMD
  • Pekerja informal: Pedagang, petani, nelayan, ojek online, dll.

Berapa iuran Taperanya?

Besaran iurannya masih belum ditentukan, tapi katanya sih sekitar 3% dari gaji. Nanti, iurannya bakalan dipotong langsung dari gaji kita.

Apa keuntungan Taperanya?

  • Bantuin nabung buat beli rumah: Uang iuran kita bakalan dikelola dan diinvestasikan oleh pemerintah, jadi nilainya diharapkan bakalan lebih tinggi daripada nabung di bank biasa.
  • Dapat subsidi perumahan: Peserta Tapera yang memenuhi syarat bakalan dapat subsidi buat beli rumah.
  • Mempermudah akses KPR: Riwayat iuran Tapera bakalan jadi pertimbangan bank dalam memberikan KPR.

Terus, apa kontroversinya?

Banyak yang pro sama Tapera, tapi gak sedikit juga yang kontra. Salah satu kekhawatirannya adalah beban iuran yang dikhawatirkan bakalan memberatkan rakyat. Ada juga yang mempertanyakan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan dana Tapera.

So, Tapera ini solusi atau beban baru?

Jawabannya masih belum jelas. Kita perlu nunggu dan lihat bagaimana implementasi Taperanya di lapangan. Yang pasti, penting buat kita tetap kritis dan mengikuti perkembangan Tapera.

Fakta Menarik:

Di seluruh dunia, banyak pekerja lebih memilih untuk menyewa ketimbang membeli rumah. Alasannya beragam, salah satunya karena biaya perawatan dan biaya lainnya yang berat.

Biaya-biaya yang Muncul Karena Kepemilikan Rumah:

Membeli rumah memang menyenangkan, tapi perlu diingat bahwa ada berbagai biaya yang harus ditanggung setelahnya. Berikut beberapa contohnya:

  • Biaya perawatan: Rumah perlu dirawat secara berkala, seperti mengecat ulang, memperbaiki atap, dan membersihkan saluran air. Biayanya bisa bervariasi tergantung jenis dan luas rumah.
  • Biaya pajak: Setiap tahun, pemilik rumah harus membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Besaran pajaknya tergantung nilai jual objek pajak (NJOP) rumah.
  • Biaya iuran lingkungan: Di beberapa perumahan, ada iuran bulanan untuk pengelolaan lingkungan, seperti keamanan, kebersihan, dan taman.
  • Biaya tagihan: Rumah juga membutuhkan berbagai tagihan, seperti listrik, air, dan gas.
  • Biaya asuransi: Asuransi rumah bisa membantu melindungi dari kerugian akibat kebakaran, gempa bumi, atau bencana alam lainnya.

Penolakan Terhadap Tapera:

Kebijakan Tapera tidak luput dari penolakan. Pengusaha banyak yang tidak setuju dengan Tapera karena iurannya dikhawatirkan akan membebani perusahaan dan menekan daya beli pekerja.

Pekerja pun ada yang menolak Tapera karena merasa iurannya memberatkan dan mereka belum yakin dengan manfaatnya.

Hal ini bisa jadi pertimbangan penting bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan Tapera. Pemerintah perlu memastikan bahwa Tapera benar-benar dapat membantu masyarakat untuk memiliki rumah, bukan malah menambah beban mereka.