Mengambil Kendali Bisnis dengan Data: Pelajaran dari Gajah Buta

Mengambil Kendali Bisnis dengan Data: Pelajaran dari Gajah Buta
Photo by Microsoft Edge / Unsplash

Bayangkan enam orang buta yang pertama kali bertemu gajah. Masing-masing hanya meraba satu bagian: belalainya, telinganya, gadingnya. Anda sudah mengerti, bukan?

Akibatnya, masing-masing punya kesimpulan berbeda tentang gajah. Ada yang bilang itu pohon, ada yang bilang kipas, ada yang bilang ular raksasa!

Mereka semua sedikit benar, tapi juga sangat salah.

Inilah inti moral cerita kuno itu: perspektif berbeda dan informasi tak lengkap bisa menghasilkan interpretasi yang beragam, dan seringkali keliru. Ini cerita lama, tapi sangat relevan di dunia modern kita, terutama saat berhadapan dengan data.

Sedikit, Terkadang Lebih Baik

Pemimpin bisnis di seluruh dunia memanfaatkan data agar dapat mengambil keputusan lebih baik dan mendapatkan wawasan lebih akurat tentang bisnis mereka.

Namun, seringkali, perusahaan memiliki terlalu banyak lapisan data dari perangkat lunak yang berbeda. Ada yang baru, ada yang lama, ada yang terintegrasi, ada yang terisolasi. Setiap lapisan ini memberikan hasil yang berbeda berdasarkan sumber data yang tidak jauh berbeda. Dan Anda akan mendapatkan wawasan yang tidak akurat ketika potongan-potongan ini tidak saling terhubung atau memberikan penjelasan yang tidak beresonansi satu sama lain.

Bisnis saat ini memiliki akses ke sumber data yang beragam dan banyak (kuantitas sumber data) dari sebelum-sebelumnya. Tapi kuantitas tidak sama dengan kualitas.

Kualitas data sebenarnya akan terdilusi karena banyaknya sumber data dari berbagai department (proses bisnis) yang berbeda di dalam satu perusahaan. Sistem pada department tertentu mungkin memberi tahu satu hal yang bertolak belakang dengan output yang dihasilkan oleh departmen lain dengan perangkat lunak yang berbeda. Ini sering terjadi di dunia periklanan digital. Terlalu banyak platform berbeda dari sistem pembelian iklan, mitra data, penerbit, alat analitik, CRM, alat segmentasi, dan lainnya. Seringkali, data yang dihasilkan oleh berbagai sistem tersebut menjadi sangat berantakan sehingga sulit mendapatkan data yang bisa ditindaklanjuti untuk menciptakan wawasan, tindakan, dan dampak bagi bisnis.

Akses ke banyak sumber data tidak sama dengan mendapatkan data yang bagus. Membaca laporan dari kumpulan data secara terpisah adalah cara terbaik untuk pengambilan keputusan yang buruk.

Data memang menarik, tapi Anda perlu dapat melihatnya dalam satu wadah yang terintegrasi. Inilah mengapa kami berpendapat integrasi bisnis secara vertikal harus diterapkan secara bertahap.

Berpikir Vertikal

Integrasi vertikal adalah strategi yang memungkinkan perusahaan merampingkan operasional dengan mengambil kendali bisnis atau kepemilikan langsung atas proses-proses tersebut. Dengan kata lain, perusahaan harus mempunyai kepemilikan atas berbagai perusahaan yang menjadi bagian penting dari rantai pasokan, distribusi dan penjualan melalui proses akuisisi ataupun merger. Secara teori, proses integrasi vertikal ini memberikan efisiensi yang lebih besar, pengurangan biaya, dan kontrol lebih besar atas proses manufaktur dan distribusi. Ikea dan Tesla adalah contoh perusahaan yang menerapkan integrasi vertikal secara baik

Tesla menerapkan integrasi vertikal di seluruh struktur bisnisnya — tetapi dengan fokus utama tetap pada dua aspek: produksi baterai dan penyimpanan energi. Tesla tahu bahwa baterai sangat penting untuk kendaraan listrik — dan bahwa kesuksesan bergantung pada kepemilikan rantai pasokan baterai yang efisien. Upaya yang dilakukan oleh Tesla yaitu menciptakan sinergi dan sumber daya bersama di berbagai lini produk dari hulu ke hilir.

Tesla melakukan semuanya secara mandiri mulai dari mendesain mobil, membangun teknologi, hingga membuat chip bagi mobil - mobilnya sendiri. Seluruh perusahaan - perusahaan sudah dimiliki sebagai bagian dari Tesla sehingga masalah rantai pasokan atau hubungan dengan mitra manufaktur tidak akan memperlambat jalannya roda usaha secara efektif dan efisien. Integrasi ini telah membantu perusahaan meningkatkan skalabilitas operasional, mendorong kemajuan teknologi, dan memposisikan dirinya sebagai pemimpin solusi transportasi dan energi yang berkelanjutan.

Dengan mengambil kendali atas tumpukan teknologi dan kepemilikan informasi , Anda juga bisa mendapatkan pandangan yang lebih holistik tentang apa yang terjadi dengan bisnis Anda. Dan Anda juga dapat melindungi diri dari ancaman ekternal.

Integrasi vertikal akan menjadi semakin "maut" apabila digabungkan dengan penerapan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk pertumbuhan usaha secara eksponensial

Pada dasarnya, jika data Anda terpencar dan tidak terintegrasi dengan baik, Anda tidak akan pernah bisa mencapai "mengetahui apa yang tidak pernah diketahui" — akan hal-hal yang bahkan tidak Anda pikirkan untuk ditanyakan. Ada pola yang tidak terlihat oleh mata manusia. Anda hanya bisa melihatnya dengan integrasi data yang berkualitas.

Lebih banyak wawasan. Efisiensi lebih tinggi. Kontrol lebih besar. Integrasi vertikal memberikan keuntungan bagi pebisnis kendali atas rantai pasokannya. Namun, ada tantangan juga yang mana proses integrasi vertikal bisa saja memerlukan investasi yang cukup besar serta dukungan (pengertian dan pemahaman akan dampak bagi bisnis untuk jangka panjang) yang kuat dari para pemangku kepentingan di perusahaan, yang tidak kalah pentingnya juga adalah Anda perlu memastikan bahwa mengusahakan seluruh proses secara mandiri tidak berarti Anda boleh kehilangan pandangan terhadap perkembangan di luar bisnis Anda.

Semoga artikel kami kali ini dapat bermanfaat bagi anda, kalau mau tahu lebih banyak bagaimana layanan penasihat keuangan kami dapat membantu pengusaha UMKM untuk melakukan integrasi vertikal silahkan klik di Halo Smart UMKM pada menu diatas