Kenapa Laporan Keuangan Gak Bisa Dibikin Sembarangan Kayak Masak Mie Instan?

Kenapa Laporan Keuangan Gak Bisa Dibikin Sembarangan Kayak Masak Mie Instan?
Photo by Firmbee.com / Unsplash

Pernah kepikiran gak sih, kenapa laporan keuangan kayak neraca dan laba rugi itu selalu dibikin di akhir bulan? Padahal kan transaksi udah dicatat tiap hari?

Ternyata, beda sama masak mie instan yang tinggal cemplung-cemplung langsung jadi, bikin laporan keuangan itu gak segampang itu lho. Ada beberapa alasan penting kenapa laporan keuangan gak bisa dibikin sembarangan di tengah bulan:

1. Prinsip Akuntansi yang Beda:

Beda sama dompet yang langsung berkurang pas kita jajan, akuntansi itu punya prinsipnya sendiri. Namanya akrual, di mana pendapatan dan beban dicatat saat terjadi, bukan pas uangnya diterima atau dibayarkan. Nah, nyari data-data ini butuh waktu, gak bisa asal comot aja.

2. Transaksi yang Masih Berantakan:

Di tengah bulan, masih banyak transaksi yang belum selesai dan perlu dicocokkan. Bayangin deh, kalau bikin laporan keuangan pas masih banyak data yang bolong-bolong, hasilnya pasti gak akurat dong.

3. Buat Keputusan Jangka Panjang, Bukan Harian:

Laporan keuangan biasanya dipakai buat nentuin strategi perusahaan ke depan, bukan buat ngawasin pengeluaran harian. Lagipula, kalau tiap hari bikin laporan, malah ribet dan gak efektif.

4. Beban Admin yang Numpuk:

Bikin laporan keuangan itu gak gampang, lho. Butuh waktu, tenaga, dan biaya. Kalau tiap hari bikin, ya pusing sendiri dong tim keuangannya.

5. Aturan yang Harus Diikuti:

Ada standar akuntansi yang mengatur kapan dan bagaimana laporan keuangan harus dibuat. Biasanya sih, bulanan, triwulanan, atau tahunan. Biar tertib dan bisa dibandingkan antar perusahaan.

Faktor yang Membuat Sulit:

Salah satu faktor yang bikin bikin laporan keuangan di tengah bulan itu sulit adalah perlunya rekonsiliasi. Rekonsiliasi ini penting banget buat memastikan bahwa data di laporan keuangan sama dengan data di rekening bank, piutang, dan hutang. Gak heran deh, kalau proses ini memakan waktu dan tenaga.

Misalnya, nih:

  • Rekonsiliasi Bank: Memastikan bahwa saldo di laporan keuangan sama dengan saldo di rekening bank. Ini termasuk mencocokkan transaksi yang sudah dicatat dengan transaksi di bank statement.
  • Rekonsiliasi Piutang: Memastikan bahwa piutang yang tercatat di laporan keuangan sudah benar dan masih bisa ditagih. Ini termasuk meninjau piutang yang sudah lama dan mencadangkan kerugian piutang tak tertagih.
  • Rekonsiliasi Hutang: Memastikan bahwa hutang yang tercatat di laporan keuangan sudah benar dan masih bisa dibayar. Ini termasuk meninjau hutang yang sudah lama dan mencadangkan biaya bunga.

Proses rekonsiliasi ini gak bisa dilakukan asal-asalan. Butuh ketelitian dan kejelian biar datanya akurat. Makanya, gak heran deh kalau bikin laporan keuangan di tengah bulan itu sulit dan memakan waktu.

Standar Pencatatan dan Pelaporan yang Tepat:

Selain itu, standar pencatatan dan pelaporan keuangan juga harus disesuaikan dengan standar PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) yang berlaku. Hal ini penting untuk memastikan bahwa laporan keuangan memiliki kredibilitas dan konsistensi, serta sesuai dengan peraturan perpajakan.

Kenapa? Karena laporan keuangan dan laporan pajak saling terkait. Data dari laporan keuangan menjadi dasar untuk menghitung pajak penghasilan perusahaan. Jika standar pencatatan dan pelaporan keuangan tidak sesuai dengan PSAK, maka bisa berakibat pada kesalahan perhitungan pajak dan potensi sanksi dari Direktorat Jenderal Pajak.

Penutup

Bikin laporan keuangan gak kayak main tebak-tebakan. Ada aturan dan prinsipnya sendiri yang harus diikuti, serta standar akuntansi yang harus dipatuhi. So, sabar aja nunggu laporan keuangan di akhir bulan. Lagipula, hasilnya kan lebih akurat, bisa dipakai buat bantu perusahaan berkembang, dan sesuai dengan aturan perpajakan.